Indahnya Pesona Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat Diakui Dunia

Inilah galat satu Nagari Tuo Pariangan pada Tanah Datar Sumatera Barat yg telah masuk desa tercantik. Nagari berasal-usul rakyat Minang Kabau ini terletak di lereng Gunung Merapi menggunakan taraf ketinggian 500-700 dpl. Disinilah poly terlihat tempat tinggal adat bagonjong tradisional berbahan dasar kayu yg masih terjaga dengan baik menggunakan adanya komitmen dari anak nagari yang ingin menjaga dan melestarikan budaya yg tidak akan lekang dengan waktu. Untuk mewujudkan harapan aku ingin melihat bagaimana indahnya Pariangan, Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar ini. Saya mempersiapkan bepergian satu hari penuh untuk mengabadikan nagari tuo berasal-usul menurut urang awak Minang Kabau. Perlu diketahui. Nagari Pariangan ini sudah termasuk desa terindah di global versi Budget Travel pada bulan Mei 2012.

Perjalanan ke Nagari Pariangan Sumatera Barat ini saya mencoba menggunakan sepeda motor saja buat menikmati suasana bepergian dimulai dari kota Padang sampai ke tujuan. Memang bepergian memakai sepeda motor membutuhkan banyak perlengkapan misalnya helmet, jacket, sarung tangan, sepatu, dan lain sebagainya namun mempunyai cara yang relatif phenomenal bagi saya. Sebagai urang awak Minang Kabau, saya ingin mengunjungi nagari dari-usul saya yaitu Pariangan, Nagari Tuo Pariangan di Tanah Datar Sumatera Barat.

Bagaimana Cara ke Nagari Pariangan pada Lokasi dan Arah Tujuan buat Saya Pribadi.

Nagari Tuo Pariangan berlokasi di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Posisi tepatnya berjarak 95 km ke utara dari kota Padang &/atau 35 km ke arah tenggara menurut kota wisata Bukittinggi. Nagari Pariangan ini terletak pada lereng Gn Merapi dengan hawa sejuk dan pemandangan alam yg masih alami.

Cuaca cerah saya mulai meluncur ke tujuan Nagari Tuo Pariangan dimulai pada 07:30 WIB. Sepanjang bepergian saya poly menemukan hal yg menarik yaitu menggunakan banyaknya anak belia yang menikmati perjalanan menggunakan sepeda motor dan berhenti menikmati secangkir kopi sebelum memasuki lembah anai. Sebenarnya, bepergian ini merupakan pertama kali saya lakukan ke Nagari Tuo Pariangan. Baru kini ingin menyempatkan diri melihat Pariangan menjadi nagari berasal-usul urang awak Minang Kabau. Bukan karena nir ingin mengetahui dari-usul tetapi saya ingin melihat eksklusif dan memberikan pengalaman ini pada rekan semua terutama yang berasal menurut Sumatera Barat khususnya urang awak Minangkabau.

Dimulai dengan air terjun lembah anai yg sangai cantik dipandang dengan hijaunya pepohonan yang menaungi jatuhnya gemercik air sangat latif terasa dimata. Berhenti sejenak untuk menikmati suasana udara yg sejuk menepi & sempat mengabadikan jepretan menjadi kenang-kenangan pribadi. Setelah melewati air terjun lembah anai saya jua melihat sisi sebelah kanan telah tersedia tempat permandian mega mendung yg relatif murah meriah bila anda berkeluarga mencoba wahana ini. Lokasinya persis ditepi sungai dengan air yang sangat higienis dan alami dengan posisi letak sebelah kanan.

Setelah memasuki daerah Padang Panjang saya mengabil arah ke Batu Sangkar dimana lokasi ini merupakan jalan utama trans-sumatera menuju ke kota Solok. Setelah melewati posko timbang mobil berat kira-kira +/- 2-3 Km saya mengambil JALUR KIRI menuju ke kota Batu Sangkar dan jalur kanan langsung ke kota Solok. Memasuki Jalan Raya Padang Panjang - Batu Sangkar ini sebenarnya sudah memasuki Nagari Batipuh. Dominasi pemandangan hijau dan pertanian  dari masyarakat setempat yang baru panen padi terlihat dengan  hamparan tikar untuk menjemur hasil panen. Dengan semangatnya saya menikmati perjalanan ini setelah berkendara dengan motor sekitar 3-4 km memasuki kumpulan sawah kiri kanan. Setelah menemukan beberapa belokan sudah mulai memasuki Nagari Tuo Pariangan dengan posisi sebelah kiri.

Inilah pemandangan sebelum memasuki Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat.

plesirankotatua property

Tulisan gerbang Selamat Datang pada Nagari Tuo Pariangan sudah terlihat saya langsung memasuki kedalam nagari ini. Suasanya sejuk dengan hembusan angin gunung membelai muka saya yang sengan aku buka kaca helmet ingin merasakan hawa sejuk menyibak rambut.

Pesona Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.

Sebagai Nagari Tuo asal-usul suku Minangkabau ini sudah memiliki sistem pemerintahan yg cukup mumpuni saat itu. Peranan seorang Raja juga memiliki imbas bertenaga buat rapikan krama kebiasaan di dalam lingkungan warga .

Dengan mempunyai karakter sebuah pemerintahan bisa dilihat hingga kini dengan peninggalan bersejarah dimulai berdasarkan Mesjid, Surau, Rumah Gadang Bagonjong Raja, Pengadilan, Tempat Bibit Semai, dan infrastruktur lainnya. Menurut saya dengan peninggalan inilah kemungkinan menjadikan Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat ini menjadi desa terindah di dunia dengan cerita dibalik philosofi suatu daerah.

Inilah salah satu bentuk tempat tinggal bagonjong yg terdapat ni Nagari Tuo Pariangan.

Alternatif Kendaraan Lain menurut Kota Padang ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.

Saya hanya bisa merekomendasikan apabila rekan semua ingin ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar ini menggunakan tunggangan carteran eksklusif atau secara rombongan. Jika menggunakan bus generik harus estafet & saya sangat sanksi lantaran rekan seluruh nir begitu mengetahui medan dimulai bepergian menurut kota Padang Sumbar hingga ke lokasi yang relatif jauh jeda temouh. Jika rekan ingin datang ke Nagari Tuo Pariangan yang rancak ini masukan kedalam itinarary trip spesifik berlibur pada Sumatera Barat berdampingan dengan Rumah Gadang Pagaruyung Batu Sangkar. Kedua rute ini masih pada satu Kabupaten.

Kembali ke tema kunjungan aku ini, dengan antusiasnya aku ingin mengunjungi Nagari asal-usul nenek moyang saya ini maka saya khusus mengunjungi daerah ini menggunakan rasa bangganya. Ternyata, nenek moyang saya dahulu memiliki pengetahuan yang relatif besar terhadap wawasan pemerintahan dalam saat itu menggunakan telah diterapkan sistem hukum & perundang-undangan yg mengikat setiap masyarakat. Untuk pertanian mereka sudah menyiapkan cara & sistem bercocok tanam yang relatif baik menggunakan menyediakan sedikit lahan buat penyemaian yang sampai kini masih dijaga kelestarian menggunakan nama Sawah Gadang Satampang Baniah.

Phenomena Nagari Mempengaruhi Suku Minangkabau.

Dengan luas 17,95 km persegi relatif memberi efek akbar terhadap watak terhadap sikap suku Minangkabau sampai ketika ini. Berawal cerita berdasarkan leluhur masyarakat Minang mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari zenit Gunung Merapi disebabkan pada saat itu syarat bumi pada keadaan banjir akbar berbentuk samudera , dan hanya terlihat puncak Gunung Merapi saja pada saat itu. Setelah waktu berjalan relatif panjang akhirnya air mulai surut, sehingga terbentuk suatu komunitas masyarakat yang sudah berdomisili pada zenit gunung akhirnya mereka membuka daerah atau nagari yang pertama bernama Pariangan di lereng gunung merapi. Awal cerita inilah maka nagari ini dijuluki sebagai Nagari Tuo atau Daerah Tua cikal bakal sistem adat kemasyarakatan suatu daerah yang terdapat di bumi Minangkabau.

Pengamat sistem pemerintahan yg telah dianut sang Nagari Pariangan pada ketika itu sangat seperti menggunakan konsep pemerintahan yang terdapat pada Negara Yunani yaitu otonom & egalitarian. Namun berjalannya pemerintahan pada NKRI juga berpengaruh. Pada tahun 1980 sistem yang terdapat pada nagari berhenti dengan dipengaruhi sistem pemerintahan yg telah diatur sang pemerintah pusat RI yang disamakan yaitu sistem desa. Terjadi perubahan semenjak 1999 adanya sistem UU Otonomi daerah berakibat sistem desa berubah sebagai ke sistem Nagari yg dimanfaatkan sang suku Minangkabau untuk mempertahankan Nagari sebagai pola pemerintahan yg telah usang dianut oleh mereka. Aneka usaha itu berhasil dengan paripurna menjadikan sistem Nagari sebagai sistem yang sudah standar sebagai ciri spesial tatanan pemerintahan yg telah usang dipertahankan pada Sumatera Barat telah kembali. Inilah Nagari yang menjadi acum Nagari Tertua yang begitu berpengaruh di bumi Minangkabau. Dengan umur yang telah sepuh sudah sangat berhasil memberikan sistem pemerintahan terhadap nenek moyang kami. Inilah Minangkabau yang memiliki budaya begitu kaya yang masih ada hingga sekarang.

Inilah Rekap Penting Kunjungan Wisata Saya Seharian di Nagari Tuo Pariangan.

Setelah memasuki pintu gerbang Selamat Datang Di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar aku berjalan kurang lebih 250 meter masuk disambut sang persawahan yang hijau & menguning. Saya berbelok kiri menuju ke Mesjid Ishlah. Mesjid ini sebagai tempat khusus bagi muslimin buat menunaikan kewajiban sholat lima ketika. Mesjid tua ini dibangun dalam abad ke 19 sang Syekh Burhanuddin seseorang ulama Minang. Dilihat menurut arsitekturnya relatif mengesankan & unik menggunakan atap berbentuk limas segiempat bertingkat dengan karakteristik spesial jendela disamping mesjid, sempat dilakukan renovasi pada tahun 1920 dan 1994. Dari bentuk sebagian orang berpendapat bahwa arsitektur gaya dongson yg hampir sama pada daratan tibet. Dengan bentuk yg cukup tidak selaras ini sanggup berdiri bersebelahan menggunakan benagunan lain sangat menarik seperti tempat tinggal gadang bagonjong disekitar mesjid. Sangat Indah sekali. Dengan luas masjid menggunakan ukuran 16 x 24 meter ini terdapat pincuran air panas yang hulunya dari berdasarkan Gunung Marapi yg dalam zaman itu jua dipakai sang ninik mamak nenek moyang, hingga saat kini ini masih digunakan sang penduduk Nagari Tuo Pariangan & tamu kunjungan seperti saya & anda.

Ingin mengabadikan bentuk Mesjid ini menggunakan beberapa rumah asli bagonjong aku ambil diatas tanah yang berbentuk datar & wajib menaiki anak tangga yang sudah dibentuk permanen sang nagari. Sangat latif sekali. Saya sempat mengabadikan poto ini menjadi kenang-kenangan perjalanan saya hari ini yang mampu saya share pada sahabat semua. FYI, wilayah tanah datar ini sebagai asal nama Kabupaten Tanah Datar walaupun wilayahnya nir datar.

Inilah bentuk mesjid yg aku maksud di tulisan diatas.

Tidak hanya itu saja peninggalan yang ada di Nagari Tuo Pariangan, saya menuju jalan primer Nagari lagi menuju ke atas bertemu dengan beberapa tempat tinggal gadang yg cukup masih terawat dan terdapat Guess House yg memakai tempat tinggal gadang. Anda sanggup menikmati fasilitas ini nir jauh berdasarkan mesjid posisinya sebelah kanan. Di jalan primer inilah terdapat loka yang menjadi perhatian aku yaitu Sawah Gadang Satampang Baniah yg adalah sawah pertama yang dibentuk oleh Dt Tanajo Gurhano, bisa dikatakan inilah cikal bakal sawah tercipta & inilah tempatnya. Lokasi sawah ini masih pada jalan utama Nagari. Sawah ini telah termasuk kedalam cagar budaya yg harus dijaga dan permanen terjaga sampai kini . Philosofi ini masih dipertahankan oleh Nagari Tuo Pariangan sebagai landmark bersejarah berdasarkan nenek moyang.

Inilah sejarah yg nir mampu terbantahkan dengan cetak mula awal persawahan mulai dari Nagari ini. Dengan tanah yang sangat subur menjadikan petak Sawah Setampang Baniah ini sangat tepat pada lokasi ini. Nenek moyang wajib hidup menggunakan bahan pokok beras yang wajib ditanam untuk kelangsungan hidup kedepan. Dengan contoh sawah ini terciptalah formasi sawah pada lereng bukit menggunakan sistem pengairan yg telah telah mereka persiapkan dari hulu lereng gunung marapi yg berlimpah menggunakan mineral krusial yang bisa menyuburkan tanah. Saya sangat takjub sekali melihat kumpulan tingkat sawah yg mensugesti mata aku selama bepergian ini. Perbukitan disulap sedemikian rupa niscaya membutuhkan ketika yang cukup usang buat tercipta sawah sekian luasnya. Sungguh berdedikasi dan berpegetahuan nenek moyang Minangkabau kami.

Sawah menggunakan subur jua terdapat tempat tinggal jenis tempat tinggal gadang dengan kayu yg telah berumur ratursan tahun masih berdiri kokoh & bertenaga disisi kiri & kanan jalan. Dari kasat mata terlihat telah dan terbukti bahwa suasana kental Minang yg terdapat pada Nagari Tuo Pariangan ini sangat tidak sama sekali. Anda mampu sebagai saksi jika sanggup melihat eksklusif ke lokasi Nagari Pariangan ini bahwa rumah ini telah berumur ratusan tahun.

Inilah pemadangan sawah di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat:

Seorang tokoh juga terdapat dimakamkan di lokasi ini yaitu dia bernama Dt.Tantejo Gurhano sebagai tokoh tata cara dari Nagari Pariangan. Ukuran makam cukup akbar menggunakan Panjang 25,lima m dan lebar 1 meter. Namun saya tidak bisa memasuki lokasi ini lantaran lokasi pemakaman dikunci pada pintu masuk. Jadi saya tidak sanggup mengabadikan.

Masih di lokasi jalan primer Nagari Pariangan aku juga menuju ke tempat persidangan tata cara berupa susunan batu saling berhadapan ibarat seperti meja pada saat kini buat tetapkan kasus hukum pada Nagari Pariangan. Tapi juga sayang, saya tidak dapat memasukinya lantaran lokasi bersejarah ini dikunci sang pihak Nagari. Tetapi aku hanya mampu melihat dari jauh saja. Sedih pula cita rasanya .....

Akhirnya menuju ke puncak saya melihat adanya loka istirahat homogen Cafe Kawa Daun. Sejenis minuman tradisional menurut daun kopi yang diseduh ibarat seperti minuman teh. Anda wajib mencoba bila terdapat di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar.

Inilah sharing perjalanan aku pada Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat. Ada beberapa peninggalan lain namun aku buat inilah hal yg sangat sebagai philosofi penting bagi nenek moyang Minangkabau yg terpatri sebagai budaya hingga sekarang. Semua ilmu pengetahuan & aturan dimulai menurut Nagari Tuo Pariangan ini, nenek moyang merujuk ke Nagari ini untuk membentuk suatu pemerintahan baru di lokasi lain sebagai akibatnya terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil yg telah niscaya rekan pula mengetahui. Inilah mahakarya dari nenek moyang Minangkabau yg harus dijaga keberadaanya yang nir akan lekang menggunakan waktu. Berpadu menggunakan kekuasaan Yang Maha Pencipta sebagai suatu daerah yg begitu latif yg nir ada ditempat lain. Kekayaan budaya & tata cara tata cara Minang menjadi karakteristik khas Sumatera Barat menjadi daerah Adat Bersandi Syarat dan Syarat Bersandi Kitabullah. Semoga anda jua bisa datang ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar ini sebagai destinasi wisata anda yang harus dikunjungi.

Dilain kesempatan saya akan berkunjung pulang ke Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar Sumatera Barat loka dari-usul nenek moyang urang awak Minangkabau.