Syukur Yang luar Biasa.

ARTIKEL KE 873  

BERSYUKUR MESKI KONDISI PAYAH...

Syaikh Sa'ad bin 'Atiq al-'Atiq suatu saat menceritakan:
Kasihan sangat dia melihat seorang pemuda yang tadinya tampan, tegap dan cerdas kini seperti mayat hidup yang terbaring lemah tak berdaya karena dilumpuhkan oleh penyakit
Usianya masih 27 tahun, tapi tubuhnya terserang stroke.
Lumpuh dari atas ke bawah..
Tubuh tegapnya kita terbaring lemah di rumah sakit.
Tak ada yang dapat digerakkan lagi.
Kakinya.
Kedua tangannya.
Kepalanya pun susah untuk ditegakkan.
Betul-betul penyakit stroke telah melumpuhkan syaraf-syarafnya, mengkerangkeng jiwa mudanya untuk pasrah berbaring di ranjang rumah sakit.
Hanya kedua mata yang masih menerawang, dan bibir yang agak kaku, tapi selalu menyungging senyum.
Mata itulah yang menjadi penanda bahwa ajal belum lah datang menjemput..


Tapi yang menakjubkan adalah:
Ia mengkhatamkan Al Quran setiap 3 hari.
Dengan kedua bibirnya yang kaku, ia menggigit sebuah sendok kayu, demi membuka lembar-lembar al-Qur'an untuk dieja dan dibacanya...
Dan itulah yang terjadi:
Dengan cara tilawah sepayah dan sekeras itu, pemuda itu pun mengkhatamkan al-Qur'an setiap 3 hari sekali!
Seorang penjenguk mendatanginya.
"Mengapa kau selalu tersenyum?"
Ia menjawab: "Aku bersyukur dan memuji Allah tanpa batas."
"Apa yang kau syukuri? Kau bahkan tak punya nikmat apa-apa lagi! Selain mata yang masih melihat dan mulut yang sedikit bisa bertutur! Kalo pun masih punya rezeki kamu tak bisa menikmatinya karena tubuhmu terbaring kaku disini"
Pemuda itu tersenyum lagi.
"Aku bersyukur pada-Nya: karena Ia masih membiarkanku bersyukur pada-Nya, karena Ia telah melumpuhkanku hingga bisa selalu berdzikir pada-Nya. Dulu saat aku sehat, demi Allah, aku bahkan tak pernah berdzikir pada-Nya sedikit pun...Inilah rezeki terbesarki kemampuan mensyukuri nikmat yang diberiNYA"

Wow..bukankah itu luar biasa?
Seorang pemuda yang begitu kepayahan untuk bertahan hidup bukannya memilih pasrah dan menunggu kematian datang menjemput tapi malah menyempurnakan ibadah yang bisa dilakukannya..
Kalo sebelumnya shalatnya selalu di akhir waktu atau kalopun dikerjakan pasti teburu-buru, kini bisa dia sempurnakan meskipun tanpa ruku, sujud dan berdiri. Makannya saja susah tapi dia masih sempatkan berpuasa..
Sedekah pun dia rajin meski sebenarnya butuh duit banyak untuk ongkos perawatan rumah sakit...dia selalu berusaha menyisihkan sebagian uangnya bagi panti asuhan dan anak yatim...
Dia mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh otak dan pikirannya.
Karena dia tahu ajal itu pasti dan rezeki tetap bisa ditarik meskipun tubuh tak mampu lagi untuk bekerja dan beribadah dengan sempurna.

Maka wahai engkau yang sehat sejahtera!
Apa yang kau tunggu untuk bersyukur?
Apa yang kau nanti untuk berdzikir pada-Nya?
Apa yang tunggu untuk mengeja ayat-ayat-Nya?
Jangan katakan:
Kau menunggu kematian tiba!
Karena jika ia benar-benar hadir, semuanya tak lagi berarti.

Wallahu alam..