Romantisme Keberkahan

ARTIKEL KE 836  

IKHLASNYA SITI HAJAR DAN IBRAHIM AS

Mengapa suaminya yang sangat dia cintai dan yakin juga sangat mencintainya dan putra mereka, meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir tandus yang tak bertuan ?
Seperti pikiran manusia kebanyakan, dia (Hajar) hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra.
Hajar mengejar Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak :
"Mengapa engkau tega meninggalkan kami disini, bagaimana kami bisa bertahan hidup..?


Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh membasahi pipi dan janggutnya yang mulai memutih..


Remuk redam perasaannya terjepit antara *pengabdian* dan *pembiaran*.
Hajar masih terus mengejar suaminya yang terus melangkah menjauh, sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit.
"Wahai suamiku, ayahanda Ismail, Apakah ini Perintah Tuhanmu ?"
Kali ini Ibrahim AS, Sang Khalilulloh, berhenti melangkah.
Dunia seolah berhenti berputar. 
Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim AS.
Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah.
Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap.
Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata :
"Iya, ini perintah Tuhanku !"
Kata Ibrahim tegas dan terus melangkah..


Hajar akhirnya berhenti mengejar, dan dia terdiam.
Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua Malaikat, serta menggusarkan butir pasir dan angin.
"Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah wahai suamiku. Tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, Allah akan menjaga kami."
Ibrahim AS pun beranjak pergi.
Dilema itu punah sudah.

Ini sebuah Pengabdian, atas nama Perintah Allah, bukan pembiaran.
Peristiwa SITI HAJAR dan IBRAHIM AS adalah sebuah ROMANTISME KEBERKAHAN
*Itulah IKHLAS...*
*IKHLAS adalah wujud sebuah Keyakinan Mutlak, pada Sang Maha Mutlak.*
*Ikhlas* adalah *Kepasrahan*, bukan mengalah apalagi menyerah kalah.
*Ikhlas* itu adalah ketika engkau sanggup utk berlari, mampu utk melawan dan kuat untuk mengejar, namun.. engkau *memilih* untuk *patuh* dan *tunduk*.
*Ikhlas adalah sebuah kekuatan untuk menundukkan diri sendiri, dan semua yang engkau cintai.*
*Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain.*
*Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.*
*Ikhlas tak pernah berhitung, tak pernah pula menepuk dada.*
*Ikhlas itu Tangga menuju-Nya.*
*Mendengar Perintah-Nya,*
*Mentaati-Nya.*
*IKHLAS adalah IKHLAS itu sendiri. Murni tanpa embel-embel kepamrihan apapun. Suci bersih 100 persen, hanya karena-Nya dan mengikuti Kehendak-Nya, tidak yang lain..!!!*


Belum cukupkah Kita memahami apa itu *Ikhlas* dari *perginya* Ibrahim dan *diamnya* Hajar..?
Marilah kita..
Sudah saatnya kita tertunduk pasrah bersama malaikat, butir pasir dan angin..
Wallahu a'lam..
Semoga kita menjadi lebih baik dan bermanfaat, penuh keikhlasan hanya berharap ridho Allah...
*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Allah terimalah amalan kami...Aamiin


Wallahu alam