Memenangkan Persaingan

ARTIKEL KE 822  

Menang Mudah

Ternyata kebohongan yang terorganisir mengalahkan kebenaran yang kurang atau tidak terorganisir.
Sebelumnya sudah beredar buku berjudul _"The Hitler Effect"_, sebuah buku sangat eksklusif dan terbatas yang membongkar teknik-teknik manipulasi rekayasa sisi gelap fikiran manusia. Beberapa kutipan pidato Hitler berikut inilah agaknya yang kemudian mewabah menjadi _The Hitlet's Effect :
Buatlah kebohongan yang besar, buatlah menjadi sederhana, selalu ulangi kebohongan itu, dan akhirnya orang-orang akan percaya."
Dengan propaganda yang efektif dan berkelanjutan, seseorang dapat membuat orang banyak melihat surga sebagai neraka, atau kehidupan yang sangat menyedihkan sebagai surga.”


Saat ini kita sedang berada pada zaman keempat dalam Sejarah Islam, di mana fitnah dan ujian terhebat akan terjadi pada umat islam; zaman di mana akan terjadi pembuktian semua tanda kiamat yang telah digambarkan dalam hadist-hadist akhir zaman. Di antaranya: lahirnya para pemimpin zalim, diberikannya amanah pada yang bukan ahlinya, makin meluasnya perzinaan, khamr dan narkoba, tidak terhindarnya seluruh manusia dari sistem riba,  serta tatanan masyarakat yang sudah terbuai media sehingga yang dusta dianggap benar dan yang benar dianggap dusta. Inilah agaknya _The Hitler's Effect_ itu.

baca : mengapa negara kita tak maju-maju?

Ini ada kisah sederhana untuk menggambarkan hal ini..

Menjual Sapi Seharga Ayam

Suatu ketika sepasang kakek-nenek yang memiliki seekor sapi, sedang berbicara di dalam rumahnya:
Kakek: “Nek…, Kalau kita ternak sapi saja, penghasilannya paling cuma setahun sekali…”
Nenek: “Terus gimana dong, Kek?”
Kakek: “Gimana kalau kita jual saja sapi kita, terus hasilnya kita belikan kuda buat narik delman, jadi untungnya bisa tiap hari.”
Nenek: “Wah ide bagus tuh, Kek!”
Tanpa diketahui, ternyata pembicaraan si kakek dan si nenek, didengarkan oleh komplotan penipu. Mereka ini profesional bukan penipu kelas kacang. 
Akhirnya mereka membuat ide licik untuk mengelabui kakek-nenek tersebut.

Keesokan harinya si kakek dan nenek berjalan menuntun sapinya menuju pasar. Di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang pemuda, yang merupakan salah satu dari komplotan penipu tersebut.
Penipu 1: “Waaaah! AYAM-nya bagus sekali kek! Berapa mau di jual?”
Kakek: “Enak saja dibilang AYAM, yang berkaki empat seperti ini namanya ya SAPI!”
Penipu 1: “Hahaaaa… si Kakeek bercanda aja…, dari dulu juga yang kaya gini mah namanya AYAM, Keek!”
Kakek: “Haaaah.. sabodoo ah!!”
Selang beberapa lama, ternyata si kakek bertemu kembali dengan seorang pemuda, salah satu komplotan penipu juga.
Penipu 2: “Dijual berapa ayamnya, Kek?”
Kakek: “Ini SAPIIIIII,.. bukan AYAM!”
Sambil melanjutkan perjalanan. Akhirnya si kakek mulai ragu dan bertanya kepada si nenek. “Emang bener ini teh ayam, Nek?”
Nenek: “Bukan kek… ini mah sapi…”
Kakek: “Atau kita sudah mulai pikun yaah??”
Nenek: “Gak tau juga, Kek …”
Sesampainya di pasar…
Penipu 3: “Naaaah ini diaaaa,… Akhiiirnyaaa… datang juga AYAM yang ditunggu-tunggu. "Mau dijual berapa Kek ayamnya?”
Setelah berdebat, akhirnya si kakek menjual SAPINYA seharga AYAM.

Pelajaran :
*Kebenaran yang Tidak Terorganisir akan dikalahkan  oleh Kejahatan yang Terorganisir*


Si kakek-nenek akhirnya harus menyerah menjual sapi seharga ayam, padahal sampai kapan pun sapi tidak akan pernah bisa berubah menjadi ayam. Tapi Sang kakek- tidak berdaya terhadap bombardir kebohongan sapinya dibilang ayam; klaim kebenaran Sang kakek-nenek berhasil dikalahkan oleh kebohongan yang direkayasa; klaim kebenaran dikalahkan oleh rekayasa kebohongan.
Ternyata keunggulan klaim kebenaran saja tidak cukup untuk memenangkan sebuah persaingan. Dibutuhkan manajemen kebohongan agar bisa mengalahkan klaim kebenaran. Tentu saja klaim kebenaran yang dikelola secara benar, sangat bisa mengalahkan klaim kebohongan yang dikelola terorganisir.

baca : Allah seperti yang kamu pikirkan

Untungnya, seorang Hitler sekali pun ternyata tidak mampu memadamkan cahaya kebenaran, karena ia juga pernah berpidato begini:
*“Selalu lebih sulit melawan iman dibandingkan melawan pengetahuan.”*
Padahal Hitler sangat mungkin belum tahu bahwa ada Janji kemenangan bagi oran-orang beriman:
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridlai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (al-Nur: 55).

Siapakah orang beriman itu?
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat , yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.” (al-Taubah: 112).

baca : ujian itu rezeki bagi orang beriman

Masalahnya, bagaimana mengelola klaim kebenaran ini, agar tidak terulang lagi sejarah dimana ketulusan Abu Musa dikalahkan oleh kelicikan Amr bin Ash dalam peristiwa Tahkim yaitu perundingan antara utusan Khalifah Ali dan Muawiyah; agar kepolosan sang kakek-nenek tidak dikalahkan oleh kelicikan sebuah rekayasa; bagaimana mengelola klaim kebenaran secara benar agar bisa mengalahkan klaim-klaim kebohongan?
Di sinilah pentingnya peran media sosial, yaitu menangkal dan meluruskan berita dan bombardir informasi menyesatkan yang  diorganisir secara sistematis dan masif.
Postinglah yang baik-baik, yang benar, jangan tergoda menyebarkan sesuatu agar viral meksi tak diketahui sumbernya, bisa saja kita menimbulkan fitnah dan menyesatkan orang lain dengan menyebarkan berita hoax..sehingga timbukllah yang dikenal sebagai hoax effect..

Wallahu alam...