Kala Isteri Minta Kerja

ARTIKEL KE 827  

"Bang, Aku Ingin Kerja"  

Ketika isteri minta kerja apa yang harus dilakukan oleh suami?
Percakapan ini mungkin saja terjadi dalam keluarga anda.

Istri : Abang, aku mau kerja!” Aku kan sarjana, punya ijazah. Kata ibu, sayang ijazah hanya dibiarkan jadi penghuni laci. Boleh ya, Bang? (dengan wajah berbinar penuh harap)


Suami : Jangan, lah. Kamu di rumah aja. Istri itu di rumah tugasnya (sambil pasang senyum paling manis)
.
Istri : “Itu, tetangga kita, Bu Fulanah, dia kerja! Keren aja liat dia saban hari keluar rumah pake seragam” (masih berusaha nego)
.
Suami :“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.” (kali ini sambil mencubit mesra pipi isterinya)
.
Istri : “Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.” (mulai sedikit emosi)
.
Suami :“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.” (pasang mimik serius)
.
Istri : “Apa-apaan sih?” (sambil memukul dada suaminya dengan mesra)
.
Suami :“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja buat ngehidupin anak-anaknya.”
.
Istri : “Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang. Anak-anak makin besar, makin butuh biaya dan harga kebutuhan sehari-hari pun pada melonjak naik..”
.
Suami : “Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah kamu dan anak-anak gak akan kelaparan.”
.
Istri : “Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup. Abang boleh hitung sendiri, berapa harga beras sekilo, berapa harga telur, ikan dan daging, belum kebutuhan sekolah anak-anak
.
Suami : “Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Rezeki mah cukup Dek, yang kurang itu syukurnya. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?
.
Istri : “Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati. Tiap hari ada cucu yang ditimang dan dimanja, gak mesti merengek-rengek supaya kita bawa cucu menemuinya

suami : “Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?

Istri :“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?

Suami : “Apa bedanya? Mereka berdua sama-sama Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”

Istri : “Jadi, kita harus bagaimana?

Suami : “Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.

Istri :“Apa, Bang?

Suami : “Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?

Istri : “Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita. Apa itu salah

Suami : “Gak salah sama sekali. Terima kasih sudah memikirkan untuk membantuku meskipun aku gak minta. Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Hijab, jilbab, pakaian muslim. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, Insya Allah. Keren, kan?
.
Istri : “Ye...masa' sarjana jualan bubur ayam? Ogah ah...!! Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini mau jadi karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan. Cari kerja. Titik!!” (mulai merajuk)
.
Suami : “Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”
.
Istri :“Apa?
.
Suami : “Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya. Bukankah semua itu amalan penarik rezeki?
.
Istri :“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”
.
Suami : “Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. Beribadah dan berdoa. Insya Allah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah. Rezeki bisa datang dari mana saja, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka
.
Istri : “Tapi, Bang?!”
.
Suami : “Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?
.
Istri :“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”
.
Suami : “Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. Insya Allah kaya dan berkah.”
.
Istri : “Kalau tidak kaya?”
.
Suami : “Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”
.
Istri : “Apa, Bang?
.
Suami : “Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.
***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
.
Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
.
KESIMPULAN

Berdasar dari percakapan di atas kala isteri minta kerja:

1.) Suami harus bersikap bijaksana.
Gak boleh langsung mengiyakan dan gak boleh serta merta melarang. Tanya baik-baik alasannya mengapa isteri mau kerja. 

2.) Cari solusi.
Apapun keputusannya harus memuaskan semua pihak, misalnya urusan anak dan suami beres tanpa merepotkan orang lain. Bekerja tak mesti harus di kantor menjadi karyawati yang jam kerjanya full dari pagi sampai sore, tapi bisa mencari alternatif bekerja yang waktunya lebih longgar, seperti jualan di rumah atau bisnis online.

3) Bekerja dan bermanfaat
Carilah pekerjaan yang dibutuhkan dan memberi manfaat/membantu banyak orang seperti guru, dokter, bidan, suster. Karena pekerjaan ini selain mendatangkan penghasilan juga menambah pundi-pundi amal..


4) Sarjana jualan, why not?
Yang penting bukan gelarnya tapi pekerjaannya halal atau tidak. Bergelar sarjana tak menjamin rezekinya banyak. Gelar sarjana hanyalah sebuah ikhtiar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan harus ditindak lanjuti dengan ikhtiar berikutnya, yaitu menemukan pekerjaan yang menghasilkan dan bermanfaat.

5) Allah Maha mencukupi.
Allah tak menciptakan kemiskinan, percayalah. Allah memberi rezeki yang cukup bagi setiap mahluk. Lalu mengapa kita merasa tak tercukupi? Bisa jadi karena syukurnya yang kurang.


6) Nafkah adalah tanggung jawab suami
Tanggung jawab utama memenuhi nafkah keluarga ada pada pundak suami. Selama suami masih sehat dan kuat, wajib baginya mencari rezeki untuk anak isterinya sesuai kemampuannya. Jika suami sudah tak mampu lagi misalnya cacat permanen atau sakit parah ataupun sudah meninggal, isteri bisa menggantikan posisi tersebut tentu dengan seizin suaminya..


7) Jangan membebani orang tua
Begitu menikah maka tanggung jawab seorang isteri beralih ke pundak suaminya, meskipun tugasnya untuk berbakti pada orang tua tak berhenti. Setelah menikah maka baktilah yang harus ditunjukkan pada orang tua bukan lagi menjadi bebannya.. termasuk dalam pengurusan anak-anak. Mereka adalah tanggung jawab orang tuanya, amanah yang diberikan pada sebuah keluarga, tak boleh lagi merepotkan orang tua/mertua untuk urusan tersebut. Meminta bantuan sesekali boleh tapi jangan membebani. Mengapa kta diamanahi anak keturunan? Karena Allah menganggap kita mampu mengurusnya. Buktikan itu !

Jadi kaya gak dilarang, tapi kaya tak menjamin bahagia.
Pilih mana hidup kaya tapi tak berkah atau hidup sederhana tapi berkah bermanfaat, mati masuk surga???

9) Masuk surga gampang bagi wanita
Bisa masuk dari pintu mana saja..asal mentaati Allah dan menuruti suaminya. bagi isteri ridha suami itu penting. Karenanya dapatkan ridhanya termasuk dalam urusan bekerja.


Buat isteri :
Bekerja bukanlah dosa, bisa untuk pengembangan diri dan membantu perekonomian keluarga (terhitung sebagai sedekah), tapi niatnya harus bener, harus seizin suami, pekerjaan bermanfaat dan keluarga tetap terurus dengan baik tanpa merepotkan orang lain, termasuk orang tua dan mertua.

Buat suami:
Nafkah utama keluarga ada di pundak anda. Berusahalah sesuai kemampuan untuk memenuhinya. Jika mengizinkan isteri bekerja pastikan tak banyak hal yang harus dikorbankan.. Uang yang dihasilkan dari bekerja jangan dibandingkan dengan kebahagiaan rumah tangga. Bekerja baginya harus lebih banyak manfaat daripada mudharatnya..
Karena isteri adalah tanggung jawab anda dan nantinya akan ditanya oleh Allah di Hari Perhitungan kelak..

Wallahu alam..