Jangan Suka Menghakimi Penampilan Orang

ARTIKEL KE 798   

STOP JUDGING!  

Saya sering bingung ketika nemu orang-orang yang penampilan lahirnya ga nyambung ama lisan/kelakuannya sehari-hari
Contoh kecil nih
Cewe stylish banget, jilbab ala hijaber, kelihatan suka hura-hura, tapi dia selalu bangun di 1/3 malam untuk tahajud, kalau ramadhan dia selalu i'tikaf di 10 ramadhan terakhir, santun kata-katanya. Aktif di organisasi amal keislaman, jadi volunteer bantuin korban bencana alam..sedekahnya rajin pula..
Trus di tempat lain
Cowo pake celana junkies, rambut pake licin, tersisir rapi, gaya cowo metropolis lah...tapi saat mimpin sholat aduhai merdu suaranya, khusyuk doa dan zikirnya,  santun bicaranya, denger-denger rajin juga puasa sunahnya..
Wah tipe-tipe suami idaman nih....


Dan ada pula
perempuan yang pakaiannya masya Allah udah sesuai sunnah, anggun dari jauh, tapi masih hobi nyinyir, bergosip dan suka menunjuk-nunjuk orang lain, omongannya kasar dan gak beretika, belum lagi banyak i'tikaf di kafe daripada di tempat ngaji...
Trus ada nih laki-laki yang alim, berilmu tinggi, rajin jamaah di masjid, santun ama orang, tapi pada istri dia pelit, membantu pekerjaan rumah ia tak sudi, ngomong ke istri suka seenaknya, belum seumur jagung menikah sudah kebelet pengen poligami dengan alasan sunnah, padahal rumah tangganya masih kembang kempis. Ampun deh....
-------------------
Ada yang tersinggung ?
Alhamdulillah..
Saya memang SENGAJA
Maaf para pembaca....
Bukannya ikutan nyinyir....
Tapi pengen mengingatkan ya..termasuk mengingatkan diri ini yang penuh kelemahan dan keterbatasan...
Supaya bisa lebih bijak..

Di era yang mendewakan casing seperti sekarang ini, wajar jika setiap orang saling menilai, judging tanpa rasa bersalah...
Tapi...
Jangan terlalu silau atau suka menghakimi penampilan luar seseorang.
Mana kita tahu, yang sedang kita nyinyirin ternyata jauuuuuuuh punya amal unggulan  lebih baik daripada diri kita yang hina ini
Mana kita tahu, yang sedang kita puja puji sanjung, ternyata tak lebih sempurna daripada kita
Jangan cintai atau benci sesuatu berlebihan
Demi Allah, itu fana

Ada yang rezekinya nampak bagus dan banyak dari luar...
Hidupnya mewah, gonta ganti mobil, rumah segede istana
KIta ngiri setengah mati...
Pengen juga hidup berlimpah rezeki kek gitu...
Pasti seneng dan bahagia....
Mau apa tinggal tunjuk..
Ternyata...
Besok mobilnya lenyap satu-satu dan rumah gedenya di sita Bank
Ternyata utangnya numpuk di bank dan gak bisa bayar..
Uangnya hasil korupsi sehingga ditangkap polisi
Naudzubillah...
Padahal tadi kita sempat ngiri lho..
Sempet pengen kek dia...

Ada orang yang rezekinya keliatan pas-pasan..
Tapi kok 3 kali pergi umroh setelah sebelumnya haji
Bisa beli sapi qurban yang gede seekor lagi...bukan patungan kek kita
Eh dapat duitnya dari mana ya?
Jangan-jangan....(beribu macam alasan pembenaran melesat dalam kepala kita tentang sumber rezekinya, alasan yang menuding kalo dia melakukan kemaksiatan demi harta).
Tapi semua alasan itu terkuak akhirnya...
Ternyata dia punya bisnis yang keuntungannya lumayan...
Cuma gak pernah diekspose dan dipamerin...
Untung yang dia peroleh selain buat memutar usaha juga dipake buat kebaikan
menebar manfaat bagi banyak orang...
Sementara yang dipake buat hidup secukupnya..sesuai kebutuhan...

Prinsipnya adalah rezeki kita adalah apa yang kita makan, kita pakai dan kita sedekahkan. Yang dimakan cuma sanggup sepiring (itupun bakal keluar jadi kotoran, seenak dan semahal apapun), yang dipakai hanya bisa selembar pakaian (paling banyak 2 atau 3 lembar, itupun lama-lama bakalan usang atau sobek dan turun pangkat jadi lap). Yang bertahan adalah apa yang disedekahkan... jumlahnya bisa tak terbatas (mulai dari 1 rupiah sampai trilyunan kalo punya, dan tak hanya berakhir di tangan si penerima, tapi akan tercatat sebagai pemberat amal di Hari Penentuan). Belum lagi sedekah itu malah menarik keberkahan rezeki dan kemudahan hidup baginya..

Ya..kesimpulanya...stop judging. Gak usah deh sibuk menilai penampakan luar orang lain, gak ada untungnya buat kita. Bisa terjerumus ke ghibah ataupun fitnah karenanya. Suka-suka orang lah mau berpenampilan bagaimana... 
Yang perlu adalah nilailah penampilan kita...performance kita.
Apa bener kita sudah lebih baik dari kemarin?
Apa bener kita sudah melakukan yang terbaik?
Apa yang mesti dirubah atau diperbaiki?
Kompetisi kita bukan dengan orang lain...
Tapi dengan diri kita yang kemarin...
Sudahkah kita sibuk menjudge diri dan memperbaikinya terus menerus?

Wallahu alam..