Gak Bahagia Karena Jebakan Angka

ARTIKEL KE 811  

Hati-hati dengan angka  

Baru aja saya menonton video yang memberikan banyak inspirasi pagi ini...
Soal angka dan kebahagiaan..
Bayangkan kamu punya nomor rekening bank
Dan tiap hari karena lagi baik hati saya transfer 100 ribu ke rekening itu secara gratis..
Pertama kali dapet transferan situ pasti seneng dong, wong gratis... Hari kedua kurleb sama. Siapa yang gak happy dapat rezeki nomplok 100 ribu tiap harinya. Tapi hari ketiga rasa senengnya mungkin udah mulai berkurang...
Kamu ngarep lebih..alih-alih 100 ribu setiap hari kamu maunya sejuta masuk ke rekening karena kamu bakalan ngerasa lebih happy kalo dapat rezeki sejuta sehari tanpa ngelakuin apa-apa. Begitu yang sejuta itu masuk, uang yang 100 ribu tadi jadi gak berarti lagi, jadi hilang nilainya karena dapat yang lebih banyak jumlahnya.
Inilah yang disebut sebagai jebakan angka, yang bikin kita semua, kamu dan saya terperosok dalam-dalam, sampe susah keluar...


Jebakan angka gak ada kaitannya dengan rezeki, dengan duit, dengan penghasilan...tapi terkait dengan angka-angka, jumlah, hitungan yang secara fisik bisa dikalkulasi.
Sebagai manusia kita mengkaitkan kebahagiaan, perasaan, kepuasan dan kesuksesan dengan angka.
Karena sekarang lagi Asean Games ke 18 di Jakarta dan Palembang, kebahagiaan kita meski gak ikut bertanding adalah berapa banyak medali yang didapat oleh tim Indonesia, kita ada di urutan berapa dari perolehan medali, kalo tinggi kita bakal senang, kalo rendah kita pun kecewa. Seolah nilai negara kita terletak pada angka-angka ini..
Berapa jumlah follower di instagram, semakin banyak semakin puas.
Berapa jumlah likes dan komen di fesbuk, semakin banyak tentu semakin happy. Berapa jumlah gol yang tercipta dari tim bola kesayangan, semakin besar semakin puas. 
Berapa score tertinggi dari games anyar yang lagi dimainkan, semakin tinggi semakin bangga. 
Berapa harga mobil yang bisa dibeli, semakin mahal semakin jumawa. 
Berapa biji rumah yang bisa dibangun, semakin banyak semakin senang. 

Kalo urusan ibadah, berapa kali naik haji dan pergi umroh, semakin banyak semakin terdepan rasanya. 
Berapa rakaat shalat tahajud yang dikerjakan semalam, berapa duit yang disedekahin ke mesjid barusan, berapa ekor sapi yang dikurbanin.. dan berapa-berapa lainnya..
Makin banyak gaji dan penghasilan jadi tolak ukur kebahagiaan. Makin tinggi jabatan jadi tolak ukur kesuksesan, makin banyak sales, makin tinggi keuntungan makin bangga, makin banyak yang baca blog ini makin semangat nulis, dan makin-makin lainnya...


Tapi nyatanya ANGKA TAKKAN PERNAH ADA HABISNYA..TAKKAN ADA UJUNGNYA.
Uang sudah semilyar di rekening kamu, pasti masih mikir buat ngejar sampe trilyun. Setelah mencapai trilyunan gak ada jaminan klo kamu brenti mengejar angka di atasnya..
Jadi teorinya kamu pasti mengejar angka yang lebih tinggi, lebih banyak dan lebih hebat dari sebelumnya. Demia apa? Demi kepuasan..
Secara teori orang bakal ngejar angka atau jumlah yang lebih tinggi dari pencapaian sebelumnya karena pertambahan itulah yang jadi tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan. Layaknya pemerintah mengukur kesuksesan lewat angka-angka statistik. 

Karena kita fokus pada angka maka untuk urusan akhirat kita fokus pada jumlah amalan yang kita lakukan. Berapa kali baca zikir ya fattah ya razzaq, berapa rakaat shalat sunat hajat, berapa kali dikerjakan, seminggu, sebulan, 2 bulan agar rezekinya lancar jaya? Berapa kali puasa sunah, berapa kali pengajian di mesjid?

Almarhum penyanyi Bob Marley bilang...
MONEY IS NUMBERS
AND NUMBERS NEVER END
IF IT TAKES MONEY TO BE HAPPY
YOUR SEARCH FOR HAPPINESS
WILL NEVER END.


UANG ADALAH ANGKA-ANGKA
DAN ANGKA TAKKAN ADA UJUNGNYA
JIKA BUTUH UANG BUAT BAHAGIA
MAKA PENCARIANMU AKAN KEBAHAGIAAN TAKKAN BERUJUNG


Berkaca dari hal di atas, harusnya kebahagiaan itu gak terkait dengan angka, dengan jumlah, dengan kuantitas. Tapi harus terkait dengan kualitas hubungan pada sesama mahluk, manusia, hewan dan tumbuhan serta kualitas hubungan pada Sang Pencipta.
Apakah ada yang menjamin kalo mereka yang paling banyak rezekinya paling bahagia hidupnya? 


Adakah yang bisa ngejamin yang paling banyak zikirnya, paling banyak jumlah shalat sunahnya, paling banyak sedekahnya, paling banyak kali pergi haji dan umroh dapat jaminan mutlak buatnya dapat rezeki yang jauh lebih besar? Lagipula jumlah amalan yang banyak itu akan menjadi kepastian baginya untuk menjadi penghuni surga? Belum tentu...!!
Karena tambahan rezeki yang kita peroleh bukan karena jumlah amalan kita, tapi karena Allah ridha dan memberikan rahmatNYA pada kita. Begitupun juga dengan jaminan surgaNya bukan dikarenakan kuantitas ibadah kita tapi semata-mata karena Allah ridha pada kita, hambaNya yg lemah ini. 

Dan ketahuilah, sesungguhnya salah seorang kalian tidak akan selamat dengan amalnya. Para sahabat bertanya: tdak pula engkau wahai Rasulullah? Beliau menjawab: tidak pula saya, hanya saja Allah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepadaku.” (HR. Muslim)

Amal bukan harga (alat barter) untuk dapat rezeki dan masuk surga, tapi dapat tambahan rezeki dan masuk surga dengan sebab amal yang mendapat taufiq dan rahmat dari Allah. Dan kita tidak mendapat taufiq untuk beramal shalih kecuali dengan rahmat Allah dan karuniaNya.
Kita tak bisa membayar surganya Allah dengan amalan kita. Karena amalan kita belum tentu sempurna sementara surga terlalu sempurna untuk menjadi balasannya..
Kalo surga tergantung Allah (hak prerigatif) bolehkah gak beramal?
Ya..gak juga...yang beramal aja belum terjamin masuk surga, gimana yang gak beramal? Saat seorang menyadari bahwa amalannya tidak mampu menggantikan surga Allah, disitu ia mengerti amat tidak pantas untuk merasa ‘ujub dengan amalannya.


Allah tidak butuh amalan kita..
Allah tidak butuh ibadah kita..
Meskipun Dia memerintahkn kita untuk melakukannya..semata-mata demi kepentingan kita.
Kita yang butuh ibadah, kita yang perlu amalan untuk survive..
Tanpa kita sembah pun Allah tetap menjadi Tuhan yg Maha Besar.
Tanpa kita puja puji pun Dia tetaplah Tuhan yang Maha terpuji.
Tanpa kita sedekahpun Dia tetaplah Tuhan yang Maha Kaya.
Kita butuh shalat demi ketenangan jiwa karena yakin ada tempat mengadu dan bergantung.
Kita butuh sedekah karena berbagi membuat kita bahagia.
Kita butuh puasa karena puasa membuat badan kita jauh lebih sehat dan bertenaga.
Kita butuh haji dan umroh karena lewat ibadah itu kita ditempa secara fisik dan spiritual untuk mendekatkan diri padaNya, betul-betul melepaskan diri dari urusan duniawi..

Jika ada yang rezekinya tiba-tiba bertambah setelah melakukan amalan tertentu yakinlah penyebabnya bukan karena amalannya tapi karena Allah ridha padanya.
Perbaiki kualitas ibadah...meski kuantitas juga perlu tapi jangan fokus pada jumlahnya tapi caramu melakukannya dan aplikasi dalam hidup setelah melaksanakannya.
Al Quran mengatakan bahwa shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, jika setelah shalat wajib plus shalat sunah yg rakaatnya banyak secara jumlah tapi kita tetap melakukan perbuatan keji dan mungkar, artinya kita belumlah shalat. Karena yang kita lakukan hanyalah ibadah fisik, sama halnya kegiatan fisik lainnya tanpa memberi impak pada keseharian kita...

Kedekatanmu pada Allah SWT, hubunganmu dengan sesama mahluk harusnya itulah yang membuatmu bahagia. Silakan beribadah sebanyak-banyaknya tapi jangan terpaku pada jumlahnya tapi gak ngefek pada ahlak dan perilaku.
Silakan cari rezeki sebanyak-banyaknya tapi jangan terpaku pada angkanya yang banyak untuk membuatmu bahagia..
Berapa banyak orang yang kaya harta, berlebih secara materi tapi hidupnya merana.
Berapa banyak orang yang penampakannya saleh dan kuantitas ibadahnya rajin tapi tetap melakukan korupsi dan maksiat lainnya...


Saya gak berani mengklaim klo saya lebih baik dari orang lain dan saya pun juga belum sukses jika ukurannya adalah angka tapi saya berusaha untuk tak terlalu tergantung pada angka-angka lagi untuk membuat saya happy (meski itu gak mudah)..tapi lebih peduli pada kualitas perbuatan yang ngefek pada keseharian saya.
Sekarang saya tak peduli berapa jumlah orang yang membaca blog ini setiap harinya (yang sebelumnya sempat membuat saya down jika angkanya memperlihatkan trend menurun). Karena yang membuat saya bahagia adalah saya bisa menuliskan apa yang ada di kepala saya, menuangkan uneg-uneg saya di blog pribadi dan jika itu dibaca orang dan mereka merasakan manfaatnya maka itu adalah bonus..
Teruslah berkarya tanpa perlu terlalu terpaku pada angka dan jumlah.. karena bahagia tak ditentukan oleh angka-angka itu..

Lalu mengapa di awal artikel selalu ada angka, yang menunjukkan jumlah artikel yang telah dipublish di blog ini? Angka itu adalah motivasi....wah ternyata saya masih terikat pada angka...hehehe...
Terus berusaha...terus belajar...

Wallahu alam