Cara Keluar dari Kemiskinan

ARTIKEL KE 794  

KELUAR DARI KEMISKINAN   

Masih ingat pelari kita Muh. Zohri yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional beberapa waktu lalu? Muh. Zohri aslinya adalah pemuda miskin yang punya cita-cita besar. Kemiskinan tak jadi hambatan untuk meraih impiannya.
Kemudian bagaimana Lalu Muhammad Zohri keluar dari cengkraman kemiskinan?



Cara keluar dari kemiskinan justru kebalikan dari persepsi kita selama ini. Bahwa mengentaskan diri dari kemiskinan berarti butuh bantuan dan pemberian dari orang lain. Tapi beda dengan pemuda Zohri ini. Zohri sehari-hari hidupnya dicekam keterbatasan, namun yang ada pada mentalnya adalah "memberi pada negara". Pemerintah RI dan warga negaranya tidak dia harapkan sebagai pihak yang harus membantu dan memberi padanya, tapi pihak yang harus dia bantu dan dia beri.
Apalagi mengharap diberi gaji tetap sebagai atlit, beli sepatu lari pun Zohri harus hutang duit. Sementara untuk berangkat ke Finlandia mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik lari 100 meter U-20 2018, dia tidak diberi uang saku oleh negara, hanya biaya pesawat yang ditanggung negara.
Dia sendiri dalam keterbatasan, tapi di satu sisi dia harus memberi. Dia tak keberatan dengan hal itu. Coba Anda bayangkan, andai untuk makan sehari-hari saja Anda kekurangan, Anda malah dituntut untuk mensejahterakan dhuafa. Puyeng kan?

Banyak orang menyangka keluar dari kemiskinan berarti dapat bantuan, berarti dapat uluran tangan, berarti dapat pertolongan, berarti diberi. Makanya mereka yang merasa miskin ramai-ramai ajukan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), ramai-ramai ajukan Raskin (Beras Miskin), ramai-ramai ajukan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), ramai-ramai cari subsidi negara, karena mereka merasa itulah "jalan keluar" dan dientaskan dari kemiskinannya.
Ternyata untuk keluar dari kemiskinan cara kerjanya justru terbalik. Untuk keluar dari kemiskinan, Anda harus memberi. Seperti pada kasus M Zohri ini, Zohri terus memberi pada negara, dia punya kaki, walaupun tidak bisa beli sepatu tapi terus berlatih lari. Negara tempat kelahiran, dari presiden sampai ketua RT beserta seluruh penduduknya oleh Zohri diberi medali emas kejuaraan dunia, ya tentu Anda berterima kasih setulus hati karena Zohri telah mengharumkan nama bangsa.

Sementara anda masih terperangah menyaksikan pemberian besar Zohri pada negeri ini, pada saat itu pula Allah mengalirkan kekayaan dan rezekiNya pada Zohri dari arah yang tidak dia sangka-sangka.
Memberi, itu jalan keluar dari kemiskinan, bukan sebaliknya.... Ingin keluar dari kemiskinan dengan mengandalkan SKTM, subsidi listrik, subsidi BBM, subsidi gas, rumah DP O%, nuntut gaji besar, gencar  mengincar perolehan zakat dhuafa, incar hajatan agar dapat makanan gratis, parahnya lagi tanpa malu berprofesi sebagai peminta-minta dan mengemis, ya jelas hasilnya makin miskin.....!!!

Mengapa pengemis yang notabene dianggap "profesi bergengsi", penghasilannya lumayan kok gak kaya-kaya? Karena "cara"nya mencari yang tidak berkah


baca : jangan sekali-kali mencari rezeki lewat mengemis

Kekayaan itu di dalam diri Anda, bukan di luar diri Anda. Kemarin ada sahabat saya, datang ke rumah dan mengadu, "Aneh, saya buka rumah makan di pusat keramaian dan sangat strategis, tapi kok malah bangkrut ya? Betul banget kalo kekayaan itu di dalam hati. Pusat keramaian seperti itu, gak mungkin saya bangkrut (itu pikiran manusia). Sementara si Ucok dagang gula merah di daerah pegunungan yang sepi malah kaya raya. Saya jadi paham, andai Bill Gates ditempatkan di daerah pedalaman bersama suku tertinggal, niscaya dia juga tetap kaya, karena memang kaya itu ada di dalam diri," ungkapnya penuh sadar.

قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Rasulullah S.A.W berkata , “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati. Sedangkan fakir adalah fakirnya hati.” (H.R. Ibn Hibban)

Berhati kaya akhirnya bertindak kaya. Orang kaya tidak pernah mendapat santunan tapi dia memberi santunan. Inilah yang disebut berhati kaya cirinya Anda akan berupaya memberi dan membantu tiada henti, kepuasan hati Anda akan memuncak jika sudah memberi.
Jangan mengharap 3 bulan mengganti mentalitas miskin Anda menjadi mentalitas kaya, lalu itu akan mengubah nasib Anda. 

Baca : tips lapang rezeki dan bermental kaya

Membantu teman dari Taiwan mencari potesni bisnis di Makassar

Lalu M. Zohri, sebelum memberi medali emas tingkat internasional kepada negara, dia sudah puluhan kali memberi prestasi atletik baik tingkat daerah, nasional maupun tingkat Asia. Dan dia sendiri memberi prestasi-prestasi itu dalam keterbatasan finansial yang dimilikinya. Ya sejak SMP dia berikan prestasi atletik terbaik untuk negara. Baru di kelas 3 SMA, di usia 18 tahun, pemberiannya pada negara berefek kekayaan baginya.

Jadi, jangan kira anda sudah rajin sedekah, sudah aktif mengajar tanpa pamrih, sudah rutin membantu orang tua, lalu begitu saja Anda dikayakan oleh Allah SWT??? Tetap ada proses yang harus anda lewati. Anda harus dibanting kanan-kiri melalui ujian dan cobaan. Baru saja sedekah, malahan kehilangan pekerjaan. Baru saja menolong, malahan ditipu orang. Sudah kerja tidak dibayar, malahan dijengkeli tetangga, dan lain-lain.

baca : Sudah sedekah tapi rezeki masih macet, mengapa?

Proses terbanting kanan-kiri harus ada, sebab orang kaya bukan orang yang dapat santunan gratis, tapi orang kaya adalah orang yang sanggup membayar. Zohri sudah bertahun-tahun memberi prestasi pada negara, namun untuk sekedar uang 100 ribu saja dia masih puyeng mendapatkannya. Dia membayar kekayaan hatinya dengan berbagai bantingan.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.'" (Q.S. Al-Baqarah : 214)

Kalau ingin keluar dari kemiskinan, tindakan yang benar saat Anda miskin adalah berpikir memberi dan membantu, bukan berpikir diberi dan dibantu.
Ingin kaya kok malah pasang wajah "memelas", pasang tangan di bawah, pasang lebel dhuafa, pasang keluhan, ya pasti status miskinnya gak berubah...

baca : teori bantu membantu untuk memperlancar rezeki

Saya berani menuliskan ini karena memang menjalaninya sendiri. Dari dulu pun passion  saya dan suami pada bisnis itu tidak besar, lebih besar pada passion keilmuan.
Kami pernah punya bisnis pupuk dan bisnis warung kecil-kecilan. Niat utamanya bukan untuk mencari keuntungan gede tapi semata-mata ingin membantu saudara dan juga kawan yang tak memiliki penghasilan tetap. Meskipun hasilnya tak seberapa dan tak punya banyak waktu untuk mengurusinya karena kami berdua bekerja kantoran, tapi kami tetap berusaha memberi yang terbaik pada mereka yang kerja pada kami.
Saudara ipar saya bawa dari kampung karena terjangkit virus Toksoplasma sehingga ke empat janin yang pernah dikandungnya meninggal saat dilahirkan. Sambil membantu mengelola warung kami membawanya menjalani pengobatan sehingga sembuh dan akhirnya memiliki keturunan.
Kawan yang memiliki 3 anak dan 2 cucu tak memiliki pekerjaan tetap kami beri kesempatan untuk mengelola pabrik pupuk dan warung sampai bisa mandiri.
Meskipun bisnis kami itu kemudian bangkrut tapi orang yang kami bantu minimal bisa mandiri dan tak butuh bantuan kami lagi. Memang mungkin begitu prosesnya dan kami ikhlas dengan kondisi tersebut. Dan alhamdulillah rezeki kami justru datang dari berbagai tempat... 
Sampe sekarang saya dan suami berprinsip jika bisa memudahkan urusan orang lain mengapa harus dipersulit? Siapapun, termasuk orang asing (WNA) yang membutuhkan bantuan kami..

Begitu pula yang dihadapi oleh guru ngaji berikut ini yang kebetulan punya bisnis laundry sebagai sumber penghasilan. Apa dengan dia total mengurusi bisnisnya akhirnya sukses? Tidak... Cek laundry paling sebulan sekali, memikirkan laundry cuma saat-saat tertentu. Tapi laundrynya berkembang baik dan maju. Lah bagaimana bisa?
Majunya usaha laundry itu kompensasi/balasan saja dari Allah SWT. Dari dulu hingga detik ini pun, profesinya yang paten ya ngajar ngaji para santri. Ngajar ngaji tentu tidak ada duitnya. Kalopun ada ya...tak seberapa...Dengan ngaji dia terus menerus memberi kepada yang lain.
Sehari-hari sudah ngajipun, masih kadang dihina dan direndahkan orang, masih kadang kesulitan ekonomi sehingga tidak jauh-jauh dari label miskin, masih kadang punya hutang, masih kadang dikritik ngajinya tidak memuaskan, dikritik urus ngajinya tidak becus, dan lain-lain.

Tapi keadaan apapun dia tetap ngaji dan ngajar ngaji, artinya berupaya memberi dengan ngaji. Hasilnya tanpa disadari, usaha laundrynya mengalami kemajuan dari jalan yang tidak pernah dibayangkankannya. Akhirnya label miskin hilang dengan sendirinya.
Kedengarannya kok gak masuk akal. Bisnis yang manajemennya semrawut diurus ala kadarnya kok malah maju? Begitulah jika Allah berkehendak dan ingin membalas hambaNya yang berbuat baik.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)

Jadi begitulah cara keluar dari kemiskinan, berpikirlah memberi dan memberi seperti kisah orang yang lebih kaya dari Bill Gates ini. Apapun yang bisa Anda berikan. Yang nyata dan bisa Anda amati sekarang ini Lalu Muhammad Zohri, seorang pemuda miskin tapi terus berupaya memberi prestasi baik pada negara, hasilnya dia berangkat ke Finlandia saat masih miskin papa, pulangnya sudah berkelimpahan harta.


baca juga : Ternyata Allah tak menciptakan kemiskinan

Wallahu alam..